Pertengkaran dalam rumahtangga adalah hal lumrah. Namun, pertengkaran disertai nada tinggi, berteriak, menyebut nama, mendorong, apalagi sampai ada kekerasan fisik, berpotensimeninggalkan dampak buruk.Bukan hanya pada pernikahan, tapi memengaruhi kondisi psikis anak. Studi menunjukkan, bahwa anak anak yang tumbuh di rumah dengan konflik tinggi mengalami masalah psikososial dan stres pasca trauma di antara masalah lain.

Apakah kamu dan pasangan sering bertengkar? Pastikan untuk tidak melakukannya di hadapan anak. Sebab, perkelahian di depan anak, akan memengaruhi beberapa hal pada anak, di antaranya: Anak yang bahagia adalah orang yang dipenuhi dengan cinta, perhatian dan kasih sayang di dalam rumah.

Pertengkaran dapat menyebabkan emosi negatif seperti kebencian dan rasa tidak hormat di antara anak anak, terutama jika mereka sering menyaksikannya. Anak anak yang sensitif secara emosional, berisiko tinggi mengalami tekanan emosi dan dapat mengancam keamanan mereka secara keseluruhan. Menurut penelitian, anak anak yang tumbuh di rumah yang dingin, tidak mendukung, dan berkonflik tinggi cenderung mengalami gangguan baik dalam fungsi psikososial mereka maupun dalam sistem biologis yang responsif terhadap stres.

Mereka cenderung mendapatkan perilaku kesehatan yang buruk, termasuk penyalahgunaan kekerasan. Untuk menyelamatkan anak dari bahaya potensial ini, lakukan diskusi secara pribadi dengan pasangan untuk menyelesaikan masalah. Pertengkaran orangtua juga memengaruhi cara berpikir anak. Ini memicu hormon stres yang secara langsung memengaruhi fokus dan konsentrasi di kalangan anak muda.

Perkelahianmu dengan pasangan yang konstan dapat membuat pikiran anak menjadi sibuk. Gangguan tidur dan kinerja akademik yang buruk hanyalah beberapa konsekuensi yang dapat dicegah, jika kamu berfokus pada mengasuh anak di lingkungan rumah yang sehat dan ramah. Sebuah 'roller coaster' emosi dapat terbentuk begitu seorang anak dihadapkan pada bahasa atau tindakan kasar.

Perasaan seperti rasa malu, rasa bersalah, tidak layak, tidak berdaya, dan rasa malu dapat menurunkan harga diri mereka dan membuat mereka takut akan dunia nyata. Ini dapat berpengaruh dalam hubungan masa depan mereka juga. Bangun rasa percaya diri anak dengan menegaskan cinta dan kepedulian yang tulus tidak hanya terhadap mereka, tetapi juga untuk pasanganmu.