Proses pembelajaran secara online SAAT pandemi Covid 19, bisa dijadikan pembelajaran soal kejujuran dan juga ketangguhan dalam menghadapi hidup. Artis yang kini menjadi Anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari mengatakan, kesempatan belajar online saat ini jadi tantangan orangtua untuk membiarkan anak mengerjakan sendiri. Hal ini juga mengajarkan anak sejak dini arti kejujuran.

“Pentingnya kejujuran di sekolah daring karena segala tugas sekolah nggak diliat guru. Ada dimensi pendidikan karakter, olah hati, iman dan takwa. Peran orangtua jadi pendidik, membentuk di golden age,” kata Desy saat menjadi salah satu pembicara di acara Inspirasitalk Tanoto Scholars Gathering 2020 secara online, Senin (10/8/2020). Ia mengatakan, dengan adanya pandemi ini mau tidak mau harus mengadapi perubahan dan beradaptasi dengan semua kodisi. “Adaptasi boleh tapi tidak mengubah karakter termasuk karakter bangsa,” ujarnya.

Sementara Merry Riana, seorang entrepreneur, influencer, dan educator mengatakan, situasi sulit saat pandemi jangan jadikan anak anak muda patah semangat dalam mencari kerja atau memulai kerja. Walaupun setiap ada berita negatif soal perusahaan bangkrut, omset menurun, dan PHK. Orang bisa berpikir, jangankan mencari pekerjaan, yang sudah bekerja saja di PHK.

“Faktanya, ada orang yang dalam kondisi buruk, tetap bisa jualan, buka usaha, dapat pekerjaan, dan kesuksesan itu tetap ada. Sementara dalam kondisi yang bagus tetap saja ada orang yang nggak bisa cari kerja, omset rendah dan lainnya. Jadi pesimis tergantung respon kita,” kata Merry di kesempatan yang sama. Menurutnya, perbedaan signifikan di saat sulit adalah, bagi orang atau perusahaan dengan kualitas rendah akan hancur, tapi di tengah krisis orang yang good tetap survive dengan mengeluarkan solusi. Ada ciri orang yang gagal ketika menghadapi siutasi sulit.

Rumusnya adalah ABC. Saat sulit, orang hanya marah (A= angry). “Bawaannya marah begitu ada kesulitan semua dimarah marahin, itu mental looser,” katanya .

B: blaming (menyalahkan). Ketika menghadapi kesulitan, menyalahkan banyak pihak, ke pemerintah, ke keluarga dan lainnya. Selain itu adalah C = complaining, atau suka komplain seringkali dilakukan karena nggak sadar. Sebalilknya, orang orang yang bisa survive di saat sulit juga memiliki rumus ABC, yakni memiliki sikap optimis, bisa melihat sisi baik apapun situasinya.

Sikap yang mencari jalan keluar bukan cari alasan. Fokusnya mencari solusi bukan pada problemnya. A disini adalah attitude yang lebih baik. Sementara B nya adalah believe atau percaya punya kemampuan untuk mencapai mimpi mimpi, dan percaya bahwa kondisi akan lebih baik dari sekarang. Dan C selanjutnya adalah Choice atau memilih. Memilih untuk berani melangkah kedepan, memilih untuk bertanding.

“Situasi yang buruk bukan berarti hasilnya pasti buruk, tergantung bagaimana respon kita. kalau respon kita positif, optimis, mau belajar, mencari solusi, dan bisa beradaptasi, maka hasilnya akan baik,” kata Merry. Sementara itu, di kesempatan berbeda, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) Nadiem Makarim mengungkapkan, saat ini pembelajaran tatap muka di sekolah diperbolehkan untuk zona kuning. Hal itu disampaikan Nadiem Makarim pada Webinar Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid 19, secara virtual, Jumat (7/8/2020) sore.

Menurut Nadiem, penyesuaian SKB tersebut berdasarkan hasil evaluasi pemerintah pusat. Tak hanya itu saja, dibukanya sekolah di zona kuning juga karena beberapa hal. Salah satunya karena banyak kendala yang dihadapi guru, orang tua dan anak selama pembelajaran jarak jauh atau ketika mengikuti pembelajaran daring.

Untuk itulah Mendikbud bersama tiga menteri lain melakukan revisi pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri yang dikeluarkan pada pertengahan Juni 2020. SKB empat menteri direvisi Adapun SKB tersebut dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri. Karena itu, untuk mengantisipasi konsekuensi negatif dan isu dari pembelaran jarak jauh, maka pemerintah mengimplementasikan dua kebijakan baru, yakni:

1. Perluasan pembelajaran tatap muka untuk zona kuning. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka diperbolehkan untuk semua jenjang yang berada di zona hijau dan zona kuning. 2. Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus). Sekolah diberikan fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Modul pembelajaran dan asesmen dibuat untuk mendukung pelaksanaan kurikulum darurat. "

Pembelajaran tatap muka diperbolehkan di zona hijau dan kuning asalkan mendapat persetujuan dari satgas atau gugus tugas masing masing daerah," ujar Nadiem. Atau walaupun di zona hijau dan kuning, sekolah tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka tanpa persetujuan pemda setempat. Bisa juga, seandainya orang tua tidak memperkenankan anaknya masuk ke sekolah, maka sekolah tidak bisa memaksa siswa masuk sekolah.

"Pembelajaran tatap muka di sekolah juga harus mengikuti protokol kesehatan yang lengkap," tegas Nadiem. Ini revisi SKB: Untuk sekolah yang berada di zona merah dan oranye, tetap dilarang melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah. Sekolah di zona ini tetap melanjutkan Belajar dari Rumah. Selain zona hijau, sekolah di zona kuning dapat diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka dengan pertimbangan risiko kesehatan yang tidak berbeda jauh dengan zona hijau.

Lebih lanjut, Mendikbud mengatakan, untuk meringankan kesulitan pembelajaran di masa Covid 19, maka sekolah atau guru bisa menggunakan kurikulum darurat dan modul pembelajaran dapat digunakan. Tujuan dari kurikulum darurat ini ialah: Untuk mengurangi beban guru dalam melaksanakan kurikulum nasional dan siswa dalam keterkaitannya dengan penentuan kenaikan kelas serta kelulusan. Disiapkan untuk semua jenjang.

Tujuan modul pembelajaran: Khusus untuk PAUD dan SD, di mana pembelajaran jarak jauh dinilai sangat sulit. Berisi panduan untuk guru, pendamping (orang tua/wali) dan siswa. "Tetapi sekolah tidak wajib mengikuti kurikulum darurat, ini bagi yang membutuhkan metode pembelajaran dari Kurikulum 2013 yang lebih sederhana saja," tandas Nadiem.

(Lilis Setyaningsih)